Laman

Senin, 20 Mei 2013

Kitab Bidayatul Hidayah: II.A. Bagian Pertama: Amal-amal Ketaatan


Ketahuilah bahwa perintah Allah ada yang wajib dan ada yang sunah. Yang wajib merupakan harta po­kok. Dia adalah modal perdagangan yang dengannya na bisa selamat. Sementara yang sunah merupakan laba yang dengannya kita bisa meraih derajat mulia.
Nabi saw. bersabda, "Allah Swt. berfirman, 'Tidaklah orang­-orang mendekatkan diri pada-Ku dengan melaksanakan apa yang Kuwajibkan pada mereka, dan tidaklah se­orang hamba mendekatkan diri padaku dengan amal­-amal sunah, sehingga Aku mencintainya. Jika Aku su­dah mencintainya, maka Aku menjadi telinganya yang mendengar, matanya yang melihat, lidahnya yang ber­bicara, tangannya yang memegang, dan kakinya yang berjalan."

Kitab Bidayatul Hidayah: II. Permulaan Hidayah


Bismillahirahmanirrahim

             Segala puji bagi Allah. Salawat dan salam atas makh­luk-Nya termulia, Muhammad, Rasul dan hamba-Nya, serta atas keluarga dan sahabat beliau.
            Ketahuilah wahai manusia yang ingin mendapat curahan ilmu, yang betul-betul berharap dan sangat haus kepadanya, bahwa jika engkau menuntut ilmu guna bersaing, berbangga, mengalahkan teman sejawat, meraih simpati orang, dan mengharap dunia, maka sesungguhnya engkau sedang berusaha menghancurkan agamamu, membinasakan dirimu, dan menjual akhirat dengan dunia.

Kitab Bidayatul Hidayah : I. Risalah Nasihat


Mukadimah

             Aku mendengar dari orang yang kupercaya tentang sejarah perjalanan hidup Syaikh al-Imam az-Zahid. Se­moga Allah senantiasa memberikan taufik pada beliau dan  memeliharanya dalam menjalankan risalah agama­Nya. Sejarah perjalanan hidup beliau memperkuat keinginanku untuk menjadi saudaranya di jalan Allah Swt. karena mengharapkan janji yang diberikan Allah kepada para hamba-Nya yang saling mencinta.

            Persaudaraan tidak harus dengan bertemu muka dan berdekatan secara fisik, tapi yang dibutuhkan adalah adanya kedekatan hati dan perkenalan jiwa. Jiwa-jiwa merupakan para prajurit yang tunduk; jika telah saling mengenal, jiwa-jiwa itu pun jinak dan menyatu. 

Kitab Bidayatul Hidayah


"Baiklah, akan aku tunjukkan permulaan hidayah itu, supaya engkau bisa menguji hati dan nafsumu... Jika engkau bertanya: 'Lalu apa itu permulaan hidayah yang harus kuujikan kepada nafsuku?' Maka ketahuilah bahwa permulaannya adalah lahiriah takwa dan akhirnya adalah batinnya takwa." Demikian Imam Al-Ghazali dalam kitab ini.
Jika Al-Quran menyebut takwa sebagai "pakaian" - Dan pakaian takwa itulah yang paling baik (Al-A'raf:26)-, maka dalam buku ini Al-Ghazali membahas takwa sedemikian praktis sehingga bagaikan pakaian siap pakai. Pertama-tama, beliau mendetailkan praktik-praktik takwa dalam perilaku keseharian, seperti ketika bangun tidur dan berpakaian, masuk WC dan berwudhu, masuk masjid dan seterusnya. Itulah yang beliau sebut sebagai lahiriah takwa atau awal hidayah. Batinnya? Kata beliau, "Engkau tidak akan bisa melewati batinnya, kecuali setelah menegaskan lahirnya."